JUDUL
Keadaan susunan susu
TUJUAN
Menganalisis kandungan keadaan susunan susu
ALAT
DAN BAHAN
-
Gelas ukur - susu sapi 200 ml
-
Gelas stoples - asam belerang 91 – 92%
-
Pepet volumetri - PP
-
Pipet tetes - aquades
-
Butirometer - formalin 40%
-
Kilometer - NaOH 0.1 N
-
Raktabung taksi - amil alkohol
-
Labu erlenmeyer - penanas air
-
Laktodensimeter - kalium oksalat
METODE
KERJA
1. Uji pretinis
Tuangkan
250/500 cc susu ke dalam gelas ukur kemudian celupkan laktodensimeter ke dalam
susu, diamkan kurang lebih 3 menit. Catat berat jenis dan suhu dari susu
tersebut, lihat tabel 3. Untuk penyesuaian berat jenis susu dari susu yang
tercatat tadi pada suhu 27.50 C karena suhu ini suhu kamar rata –
rata di Indonesia. Berat jenis susu yang baik minimum 1.0280, pengukuran berat
jenis susu hanya dapat di lakukan setelah 3 jam pemerahan, bila susu sudah
terletak antara 20 – 300 C karena pada keadaan ini susu telah
stabil.
2. Uji kadar lemak susu
a) Uji
kadar lemak gerebek
Ambil sebanyak 10 ml asam belerang 91 –
92% dengan menggunakan pipet khusus kemudian masukan ke dalam tabung
butirometer tambahkan 10 ml susu ke dalam tabung butirometer, tambahkan 1 ml
amilalkohol kemudian tabung tersebut di sumbat dengan dengan sumbat yang
terbuat dari karet dan kocok perlahan – lahan dengan membentuk angka delapan
sampai zat – zat tadi tercampur secara homogen. Taruh tabung butirometer
tersebut ke dalam penanas air dengan suhu 65 – 700C selama 10 menit
setelah itu tabung butirometer disentrvius selama 5 menit dengan kecepatan 1200
rpm, masukan kembali tabung butirometer tersebut ke dalam penanas air selama 5
menit kadar lemak dibaca pada skala yang terdapat pada tabung tersebut.
b) Kilometer
c) Uji
lema betok
BK = 1.23L+2.71 x
3. Uji kadar protein
Masukan
10 ml susu ke dalam labu erlenmeyer tambahkan 2 -3 tetes PP 1% tambahkan kalium
oksalat jenuh 0.4 ml kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai warna
merah muda terjadi, hasil titrasi tidak perlu dicatat lalu tambahkan 2 ml
formalin 40% warna merah muda akan hilang. Titrasi kembali dengan larutan NaOH
0.1 N sampai warna merah muda terjadi, catat banyaknya NaOH 0.1N yang terpakai misal P ml buat titrasi Blanko
yaitu dengan 10 ml aquades di tambah 0.4 kalium oksalat jenuh tambah lagi 2 ml
formalin 40% titrasu dengan larutan NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna merah
muda, catat banyaknya larutan NaOH 0.1 N yang terpakai misal Q ml.
TABEL
HASIL PENGAMATAN
kelompok
|
no sempel
|
BJ
|
Lemak
|
Protein
|
BK
|
BKTL
|
|||||
Gerber
|
milko
|
formol
|
Milko
|
fleisman
|
milko
|
hitung
|
milko
|
||||
1
|
2
|
||||||||||
1
|
S1025
|
1.0259
|
4.1%
|
4.2%
|
4.94
|
2.72
|
3.42
|
1.94
|
12.61
|
7.79
|
7.67
|
2
|
K14
|
1.0283
|
7%
|
7%
|
8.06
|
3.31
|
4.94
|
16.07
|
16.79
|
9.07
|
8.73
|
3
|
S1025
|
1.0256
|
3.6%
|
4.2%
|
4.81
|
2.38
|
3.51
|
11.54
|
12.60
|
7.64
|
7.79
|
4
|
K04
|
1.0265
|
8%
|
-
|
8.23
|
4.87
|
4.79
|
16.84
|
16.23
|
8.84
|
8.40
|
5
|
S1021
|
1.0253
|
4.1%
|
4.1%
|
4.83
|
0.51
|
3,45
|
11.78
|
12.57
|
7.68
|
7.74
|
6
|
S1021
|
1.0235
|
4.1%
|
4.1%
|
4.96
|
2.72
|
3,44
|
1.02
|
7.74
|
3.07
|
12.69
|
7
|
K13
|
1.0295
|
7.5%
|
7.5%
|
2.96
|
2.55
|
4.96
|
16.99
|
26.72
|
9.49
|
8.72
|
Keterangan : BJ = berat jenis, BK = berat kering,
BKTL = berat kering tanpa lemak.
PEMBAHASAN
Purnomo
(1992) menyatakan bahwa berat jenis susu merupakan berat satu
mililiter susu dalam gram pada suhu 27,5°C tergantung lemak
yang dikandungnya dan
bahan kering bukan lemak, berat jenis susu lebih tinggi
daripada air karena semua
bahan-bahan penyusun susu kecuali lemak memiliki berat jenis
yang lebih besar
daripada air berat jenis susu segar adalah 1,0280
(Anonimus, 1998).
Berat jenis susu tergantung pada bahan kering bukan lemak (solid non fat = SNF) yang dikandungnya, Berat jenis memiliki hubungan
positif dengan SNF susu. Hubungan ini dapat
dilihat seperti data berikut ini : susu dengan berat jenis
1,036 memiliki SNF sebesar
10,64%. Susu dengan berat jenis 1,032 memiliki SNF sebesar
9,49%. Sedangkan susu
dengan berat jenis 1,028 memiliki SNF sebesar 8,34%
(Anonimus, 2006).
Pada pengamatan berat jenis menunjukan
bahwa berat jenis susu kambing lebih besar dibandingkan berat jenis susu sapi,
rata berat jenis susu kambing adalah 1.0281 sedangkan rata – rata berat jenis
susu sapi adalah 1.0250, ini menunjukan bahwa kemungkinan berat jenis susu sapi
dalam praktikum dibawah 1.0280 disebabkan oleh faktor bahan kering bukan lemak
yang rendah atau faktor penghiungan yang kurang teliti bisa menyebabkan berat
jenis susu di bawah yang di tetapkan.
Pengamatan kandungan lemak dengan
dua metode yaitu gerber dan milkometer, di percobaan gerber yang di bagi
menjadi dua di temukan persentase paling besar 8% pada susu kambing sedangkan
paling kecil 3.6% pada susu sapi. Begitupun pada metode milkometer susu kambing
memiliki lemak paling tinggi dengan presentasi 8.23 di susu kambing dan paling
kecil mencapai 2.96 pada susu kambing, pada literatur kandungan lemak susu sapi
sebesar
3,98 ± 0,1%
(Novianto, 2012). Sedangkan literarut yang menunjukan bahwa kandungan lemak
susu kambing adalah sebesar 6,12% (Anang, 2005).
Untuk presentasi
praktikum menunjukan presentasi yang hampir sama pada susu sapi, tetapi
presentasi berbeda dengan yang di tujukan susu kambing padapresentasi praktikum
dengan literatur kemungkinan disebabkan berapa faktor seperti faktor bangsa
kambing,pemberian pakan, umur, kebuntingan, dan lingkunagn.
Kandungan protein pada komposisi susunan susu menggunakan
metode formol dan milkometer, pada formol nilai tertinggi 4.875 pada susu
kambing dan terendah 0.51 pada susu sapi. Kandungan protein susu kambing
relatif lebih tinggi, yaitu 4,3% dibanding susu sapi 3% (Sunarlim, 1992).
Pada tabel menunjukan bahwa nilai kandungan
protein susu, baik susu kambing ataupun susu sapi nailainya tidak jauh dari
literatur, hanya ada satu yang sangat mencolok yaitu 0,51 kemungkinan besar ini
terjadi kesalahan dalam perhitungan.
Untuk mengukur berat kering susu pada praktikum ini
menggunakan dua metode yaitu metode Fleisman dan dua kali metode milkometer. Pada
metode Fleisman nilai BK tertinggi ada pada susu kambing dengan 16.99 dan nilai
terendah ada pada susu sapi dengan 1.02. Sedangkan di metode milkometer nilai
protein tertinggi ada di susu kambing dengan 4.96 dan nilai terendah 3,42 pada
susu sapi tidak jauh dari yang tadi susu kambing masih mememiliki BK paling
tinggi yaitu 26.72 dan nilai BK terendah sebesar 7.74 pada susu sapi.
Komposisi susu sapi Friesian Holstein terdiri atas 88,01%
air, dan 11,93% bahan
kering. Bahan kering susu tersusun atas protein, lemak,
laktosa masing-masing sebesar
3,15%, 3,45% dan 4,65% (Sudono, 1999). Sedangkan menurut
Hidayat ( 2005) bahan kering susu kambing sebesar 13,2 %, ini artinya bahan
kering susu kambing lebih besar dari susu sapi adapun metode yang digunaka
untuk menghitung atau meneliti bahan kering susu juga sedikit berpengaruh,
selain dari adanya faktor faktor lain yang menyebabkan bahan kering susu
menurun atau meningkat inindapat di lihat dalam tabel praktikum di atas.
Percobaan terakhir adalah menghitung bahan kering tanpa
lemak atau BKTL dengan menggunakan metode hitungan dan metode milkometer, pada
metode hitungan nilai BKTL tertinggi ada di susu kambing sebesar 9.49 dan nilai
terendah pada susu sapi 3.07 sedangkan di metode milkometer nilai BKTL
tertinggi ada di susu sapi sebesar 12.69 dan nilai terendahnya ada di susu sapi
juga sebesar 7.67. berat kering tanpa lemak yang baik pada susu segar menurut Anonimus (1998) adalah minimum 8,00%.
Pada tabel praktikum rata – rata susu sapi berada di bawah 8,00% faktor penyebabnya
bisa karena jenis hewannya yang berbeda, juga bisa karena pemberian pakan
terutama pada komposisi ransum.
KESIMPULAN
Susunan
susu kambing dan sapi terdiri dari protein 4,3% dan 3%, lemak 6,12 % dan 4,00%,
berat kering 13,20% dan 11,93%, berat kering tanpa lemak minimal 8%, dan yang
terakhir adalah berat jenis susu lebih besar dari pada berat jenis air, karena
pada susu sudah tercamur dengan beberapa zat – zat didalamnya.
DAFTAS
PUSTAKA
Purnomo, H. 1992. Peranan Sanitasi Pada Penanganan Susu
Lepas Sapih. Program
Studi Teknologi Hasil Ternak. Fakultas
Peternakan.Universitas Brawijaya. Malang.
Anonimus. 1998. SNI 01-3141-1998. www.deptan.go.id Diakses 20 November 2013
Anonimus. 2006. Milk
Testing And Payment Systems.
www_fao_org-ag-againfosubjects-
document-LPS-DAIRY-i 20 November 2013
Novianto W A,
Sarwiyono,Setyowati.
2012.
Penampilan
Produksi, Kadar protein dan kadar lemak susu
Sapi perah peranakan Frisian holstein
Yang diberi pakan tambahan probiotik. Fakultas Peternakan.
Universitas Brawijaya. Malang.
Anang dan Al
Baari. 2005. Karakteristik Aroma prengus (goat flavor) susu kambing serta
produk pengolahannya. Fakultas
Peternakan. Universitas Diponogoro. Semarang.
Forex/172-usaha-beternak-etawah.
Tanggal Akses 20 November 2013.
Sudono, A. 1999. Produksi Sapi Perah. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Saptahidayat, N. 2005. Manajemen Pakan Sapi Perah. Edisi Februari
2005. Poultry Indonesia. P 64- 65.
SARAN
Saran saya pada praktikum susunan susu ini berharap pada
pembingbing praktikan bisa membimbing lebih baik lagi supaya praktikan dapat
praktikum dengan baik.