Selasa, 31 Desember 2013

LAPORAN SUSUNAN SUSU

JUDUL
Keadaan susunan susu
TUJUAN
Menganalisis kandungan keadaan susunan susu

ALAT DAN BAHAN
-          Gelas ukur                               - susu sapi 200 ml
-          Gelas stoples                           - asam belerang 91 – 92%
-          Pepet volumetri                       - PP
-          Pipet tetes                               - aquades
-          Butirometer                             - formalin 40%
-          Kilometer                                - NaOH 0.1 N
-          Raktabung taksi                      - amil alkohol
-          Labu erlenmeyer                     - penanas air
-          Laktodensimeter                     - kalium oksalat


METODE KERJA

1.      Uji pretinis
Tuangkan 250/500 cc susu ke dalam gelas ukur kemudian celupkan laktodensimeter ke dalam susu, diamkan kurang lebih 3 menit. Catat berat jenis dan suhu dari susu tersebut, lihat tabel 3. Untuk penyesuaian berat jenis susu dari susu yang tercatat tadi pada suhu 27.50 C karena suhu ini suhu kamar rata – rata di Indonesia. Berat jenis susu yang baik minimum 1.0280, pengukuran berat jenis susu hanya dapat di lakukan setelah 3 jam pemerahan, bila susu sudah terletak antara 20 – 300 C karena pada keadaan ini susu telah stabil.
2.      Uji kadar lemak susu
a)      Uji kadar lemak gerebek
Ambil sebanyak 10 ml asam belerang 91 – 92% dengan menggunakan pipet khusus kemudian masukan ke dalam tabung butirometer tambahkan 10 ml susu ke dalam tabung butirometer, tambahkan 1 ml amilalkohol kemudian tabung tersebut di sumbat dengan dengan sumbat yang terbuat dari karet dan kocok perlahan – lahan dengan membentuk angka delapan sampai zat – zat tadi tercampur secara homogen. Taruh tabung butirometer tersebut ke dalam penanas air dengan suhu 65 – 700C selama 10 menit setelah itu tabung butirometer disentrvius selama 5 menit dengan kecepatan 1200 rpm, masukan kembali tabung butirometer tersebut ke dalam penanas air selama 5 menit kadar lemak dibaca pada skala yang terdapat pada tabung tersebut.
b)      Kilometer
c)      Uji lema betok
BK = 1.23L+2.71 x

3.      Uji kadar protein
Masukan 10 ml susu ke dalam labu erlenmeyer tambahkan 2 -3 tetes PP 1% tambahkan kalium oksalat jenuh 0.4 ml kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai warna merah muda terjadi, hasil titrasi tidak perlu dicatat lalu tambahkan 2 ml formalin 40% warna merah muda akan hilang. Titrasi kembali dengan larutan NaOH 0.1 N sampai warna merah muda terjadi, catat banyaknya NaOH 0.1N  yang terpakai misal P ml buat titrasi Blanko yaitu dengan 10 ml aquades di tambah 0.4 kalium oksalat jenuh tambah lagi 2 ml formalin 40% titrasu dengan larutan NaOH 0.1 N sampai terbentuk warna merah muda, catat banyaknya larutan NaOH 0.1 N yang terpakai misal Q ml.



TABEL HASIL PENGAMATAN
kelompok
no sempel
BJ
Lemak
Protein
BK
BKTL
Gerber
milko
formol
Milko
fleisman
milko
hitung
milko
1
2
1
S1025
1.0259
4.1%
4.2%
4.94
2.72
3.42
1.94
12.61
7.79
7.67
2
K14
1.0283
7%
7%
8.06
3.31
4.94
16.07
16.79
9.07
8.73
3
S1025
1.0256
3.6%
4.2%
4.81
2.38
3.51
11.54
12.60
7.64
7.79
4
K04
1.0265
8%
-
8.23
4.87
4.79
16.84
16.23
8.84
8.40
5
S1021
1.0253
4.1%
4.1%
4.83
0.51
3,45
11.78
12.57
7.68
7.74
6
S1021
1.0235
4.1%
4.1%
4.96
2.72
3,44
1.02
7.74
3.07
12.69
7
K13
1.0295
7.5%
7.5%
2.96
2.55
4.96
16.99
26.72
9.49
8.72
Keterangan : BJ = berat jenis, BK = berat kering, BKTL = berat kering tanpa lemak.










PEMBAHASAN

            Purnomo (1992) menyatakan bahwa berat jenis susu merupakan berat satu
mililiter susu dalam gram pada suhu 27,5°C tergantung lemak yang dikandungnya dan
bahan kering bukan lemak, berat jenis susu lebih tinggi daripada air karena semua
bahan-bahan penyusun susu kecuali lemak memiliki berat jenis yang lebih besar
daripada air berat jenis susu segar adalah 1,0280
(Anonimus, 1998).
Berat jenis susu tergantung pada bahan kering bukan lemak (solid non fat = SNF) yang dikandungnya, Berat jenis memiliki hubungan positif dengan SNF susu. Hubungan ini dapat
dilihat seperti data berikut ini : susu dengan berat jenis 1,036 memiliki SNF sebesar
10,64%. Susu dengan berat jenis 1,032 memiliki SNF sebesar 9,49%. Sedangkan susu
dengan berat jenis 1,028 memiliki SNF sebesar 8,34% (Anonimus, 2006).
Pada pengamatan berat jenis menunjukan bahwa berat jenis susu kambing lebih besar dibandingkan berat jenis susu sapi, rata berat jenis susu kambing adalah 1.0281 sedangkan rata – rata berat jenis susu sapi adalah 1.0250, ini menunjukan bahwa kemungkinan berat jenis susu sapi dalam praktikum dibawah 1.0280 disebabkan oleh faktor bahan kering bukan lemak yang rendah atau faktor penghiungan yang kurang teliti bisa menyebabkan berat jenis susu di bawah yang di tetapkan.
            Pengamatan kandungan lemak dengan dua metode yaitu gerber dan milkometer, di percobaan gerber yang di bagi menjadi dua di temukan persentase paling besar 8% pada susu kambing sedangkan paling kecil 3.6% pada susu sapi. Begitupun pada metode milkometer susu kambing memiliki lemak paling tinggi dengan presentasi 8.23 di susu kambing dan paling kecil mencapai 2.96 pada susu kambing, pada literatur kandungan lemak susu sapi sebesar
3,98 ± 0,1% (Novianto, 2012). Sedangkan literarut yang menunjukan bahwa kandungan lemak susu kambing adalah sebesar 6,12% (Anang, 2005).
Untuk presentasi praktikum menunjukan presentasi yang hampir sama pada susu sapi, tetapi presentasi berbeda dengan yang di tujukan susu kambing padapresentasi praktikum dengan literatur kemungkinan disebabkan berapa faktor seperti faktor bangsa kambing,pemberian pakan, umur, kebuntingan, dan lingkunagn.
            Kandungan protein pada komposisi susunan susu menggunakan metode formol dan milkometer, pada formol nilai tertinggi 4.875 pada susu kambing dan terendah 0.51 pada susu sapi. Kandungan protein susu kambing relatif lebih tinggi, yaitu 4,3% dibanding susu sapi 3% (Sunarlim, 1992).
Pada tabel menunjukan bahwa nilai kandungan protein susu, baik susu kambing ataupun susu sapi nailainya tidak jauh dari literatur, hanya ada satu yang sangat mencolok yaitu 0,51 kemungkinan besar ini terjadi kesalahan dalam perhitungan.
            Untuk mengukur berat kering susu pada praktikum ini menggunakan dua metode yaitu metode Fleisman dan dua kali metode milkometer. Pada metode Fleisman nilai BK tertinggi ada pada susu kambing dengan 16.99 dan nilai terendah ada pada susu sapi dengan 1.02. Sedangkan di metode milkometer nilai protein tertinggi ada di susu kambing dengan 4.96 dan nilai terendah 3,42 pada susu sapi tidak jauh dari yang tadi susu kambing masih mememiliki BK paling tinggi yaitu 26.72 dan nilai BK terendah sebesar 7.74 pada susu sapi.
Komposisi susu sapi Friesian Holstein terdiri atas 88,01% air, dan 11,93% bahan
kering. Bahan kering susu tersusun atas protein, lemak, laktosa masing-masing sebesar
3,15%, 3,45% dan 4,65% (Sudono, 1999). Sedangkan menurut Hidayat ( 2005) bahan kering susu kambing sebesar 13,2 %, ini artinya bahan kering susu kambing lebih besar dari susu sapi adapun metode yang digunaka untuk menghitung atau meneliti bahan kering susu juga sedikit berpengaruh, selain dari adanya faktor faktor lain yang menyebabkan bahan kering susu menurun atau meningkat inindapat di lihat dalam tabel praktikum di atas.
            Percobaan terakhir adalah menghitung bahan kering tanpa lemak atau BKTL dengan menggunakan metode hitungan dan metode milkometer, pada metode hitungan nilai BKTL tertinggi ada di susu kambing sebesar 9.49 dan nilai terendah pada susu sapi 3.07 sedangkan di metode milkometer nilai BKTL tertinggi ada di susu sapi sebesar 12.69 dan nilai terendahnya ada di susu sapi juga sebesar 7.67. berat kering tanpa lemak yang baik pada susu segar menurut Anonimus (1998) adalah minimum 8,00%. Pada tabel praktikum rata – rata susu sapi berada di bawah 8,00% faktor penyebabnya bisa karena jenis hewannya yang berbeda, juga bisa karena pemberian pakan terutama pada komposisi ransum.

KESIMPULAN
            Susunan susu kambing dan sapi terdiri dari protein 4,3% dan 3%, lemak 6,12 % dan 4,00%, berat kering 13,20% dan 11,93%, berat kering tanpa lemak minimal 8%, dan yang terakhir adalah berat jenis susu lebih besar dari pada berat jenis air, karena pada susu sudah tercamur dengan beberapa zat – zat didalamnya.

DAFTAS PUSTAKA
Purnomo, H. 1992. Peranan Sanitasi Pada Penanganan Susu Lepas Sapih. Program
Studi Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan.Universitas Brawijaya. Malang.
Anonimus. 1998. SNI 01-3141-1998. www.deptan.go.id Diakses 20 November 2013
Anonimus. 2006. Milk Testing And Payment Systems. www_fao_org-ag-againfosubjects-
document-LPS-DAIRY-i 20 November 2013
Novianto W A, Sarwiyono,Setyowati. 2012. Penampilan Produksi, Kadar protein dan kadar lemak          susu Sapi perah peranakan Frisian holstein Yang diberi pakan tambahan probiotik.        Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Anang dan Al Baari. 2005. Karakteristik Aroma  prengus (goat flavor) susu kambing serta produk            pengolahannya. Fakultas Peternakan. Universitas Diponogoro. Semarang.
Sunarlim. (1992). Usaha Berternak Kambing Etawah. http://www.smallcrab.com/                            
Forex/172-usaha-beternak-etawah. Tanggal Akses 20 November 2013.
Sudono, A. 1999. Produksi Sapi Perah. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Saptahidayat, N. 2005. Manajemen Pakan Sapi Perah. Edisi Februari 2005. Poultry Indonesia. P 64-      65.


SARAN
            Saran saya pada praktikum susunan susu ini berharap pada pembingbing praktikan bisa membimbing lebih baik lagi supaya praktikan dapat praktikum dengan baik.