Selasa, 31 Desember 2013

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN SISTEM REPSRODUKSI



PEMBAHASAN

            Reproduksi merupakan salah satu kemampuan hewan yang sangat penting. Tanpa kemampuan tersebut, satu jenis hewan akan segera punah. Oleh karena itu perlu dihasilkan sejumlah besar individu baru yang akan mempertahankan jenis satu hewan. Proses pembentukan individu baru inilah yang di sebebut reproduksi.
            Reproduksi dapat terjadi secara generatif atau vegetatif. Reproduksi secara vegetatif tidak melibatkan proses pembentukan gaet, sedangkan reproduksi generatif di awali dengan pembentukan gaet. Di dalam gaet terkandung unit hereditas ( faktor yang diturunkan ) yang disebut gen. Gen berisi sejumlah besar kode informasi hereditas yang sebenarnya, yang terletak pada DNA ( Isnaeni, 2006).
            Hormone gonadotropin chronik (HCG) merupakan hormone glikoprotein yang unik untuk plasenta yang sedang tumbuh. Sebelum immunoassay tersedia paa tahun 1960-an uji kehamilan menggunakan bioassay yang memerlukan hewan (kelinci, tikus, dan katak) untuk membuktkan adanya HCG dalam serum atau urine. Tes yang menggunakan kelinci, tikus, dan katak pada waktu ini telah diganti oleh tes imunologik yang menggunakan antibody terhadap HCG, (Sacher, 2004)
            Pada praktikum tentang sistem reproduksi ini dilakuakn uji tes kehamilan yaitu Uji Galli Mainini dan Uji Test Pack, Uji Galli Mainini ini yaitu menguji air seni wanita yang hamil muda dengan menyuntikannya ke dalam kantung limfe katak buduk jantan. Pada setiap 30, 60, dan 90 menit sekali di ambil cairan pada daerah kloakanya untuk diamati di bawah mikroskop dengan menggunakan pipet.
            Pada sempel urin A kelompok satu ternyata pada 30 menit pertama hasilnya negatif atau tidak ditemukan spermatozoa katak buduk jantan, baru pada menit 60 dan 90 di temukan spermatozoa katak buduk jantan dan uji Test pak nya juga menunjukan positif. Di kelompok dua dengan kode sempel urin B pada menit 30,60 dan 90 setelah di amati di bawah mikroskop tidak ditemukan spermatozoa katak buduk jantan dan hasil uji Test pak juga menunjukan negatif. Sedangkan kelompok tiga dengan sempel urin C pada menit 30 dan 60 tidak ditemukan tanda tanda adanya spermatozoa setelah di amati di bawah mikroskop, baru setelah 90 menit di temukan spermatozoa katak buduk jantan tetapi dalam jumlah yang sedikit, uji Test pak nya menunjukan positif. Kemudian pada kelompok empat dengan sempel urin A ujinya Hampir sama seperti pada kelompok satu yaitu baru di temukan spermatozoa katak pada menit 60 dan 90 dan uji Test pak nya menunjukan positif. Yang terakhir yaitu kelompok lima dengan sempel urin B sama hasilnya seperti kelompok dua negatif.
            Penyebab kenapa kebanyakan pada menit 30 tidak ditemukan spermatozoa karena katak jantan yang di suntikan air seni wanita hamil muda untuk mengeskresikan spermatozoa nya membutuhkan waktu yang cukup lama, ini terlihat rata – rata spermatozoa katak dapat dilihat pada menit 60 an ke atas itupun jumlah spermatozoanya masih sedikit ketika di amati di bawah mikroskop. Sedangkan pada kelompok dua dan lima dengan sempel yang sama yaitu sempel urin B kemungkinan itu bukan sempel urin wanita hamil muda atau tidak hamil, karena sama – sama tidak menunjukan adanya spermatozoa setelah diamati di bawah mikroskop selama 90 menit dan di dukung dengan uji tes pak nya yang negatif.

KESIMPULAN
            Setelah melakukan praktikum dan pengamatan terhadap katak buduk jantan yang di suntikan pada kantung limpenya air seni wanita hamil muda dapat di simpulkan bahwa terbukti benar katak buduk jantan dapat mengsekresikan spermatozoa bila di Suntikan air seni wanita hamil pada daerah dalam Life nya dan untuk mendeteksi kehamilan dapat dilakukan secara dini tanpa perlu membutuhkan pengamatan secara klinis.

DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.Yogyakarta : Kanisius.
Sacher, Ronald A. Richard, A.Mc Pherson.2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan         Laboratorium Edisi 2. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar